Sejarah Desa Catur
Desa Catur sebelum bernama Desa Catur asal mulanya bernama Desa Padangwah. Pada suatu saat Desa Padangwah ini terserang wabah penyakit (Grubug) yang menewaskan banyak warga masyarakat, kemudian semua warga masyarakat kecuali ada satu keluarga yang selamat dari wabah tersebut. Hal ini disebabkan karena satu keluarga ini berlari ke arah barat menuju daerah Desa Tambakan dengan menitipakan saudara bungsunya. Anggota keluarga yang lainnya melanjutkan perjalanan menuju Desa Pakisan Kabupaten Buleleng kemudian mereka mentap disana.
Pada suatu saat Ida Dalem Kelungkung pergi ke Pura Penulisan sambil melihat daerah kekuasannya. Di tengah perjalanannya, Ida Dalem Kelungkung mendapatak informasi bahwa salah satu daerah kekuasaanya yaitu Desa Padangwah didapati dalam keadaan kosong karena semua warganya tewas akibat terserang wabah penyakit (grubug). Untuk memastikan informasi tersebut tersebut, Ida Dalem Kelungkung mengutus penggawa kerajaan untuk melihat situasi di Desa Padangwah. Pada saat itu juga penggawa Kerajaan berangkat menuju ke Desa Padangwah, dan ternyata berita tersebut benar adanya bahwa Desa Padangwah dalam keadaan kosong. Punggawa kerajaan meneruskan perjalanan sampai ke Desa Tambakan dan mendapat informasi bahwa masih ada warga Desa Padangwah yang selamat dari wabah penyakit dan sedang bermukim di Desa Tambakan. Berdasarkan informasi dari warga yang selamat dari wabah penyakit, bahwa ada anggota keluarga yang lain yang lari ke arah Desa Pakisan Kecamatan Buleleng. Berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh, Punggawa Kerajaan lalu kembali ke Kerajaan untuk melaporkan kejadian yang terjadi di Desa Padangwah kepada Ida Dalem Kelungkung. Setelah mendengar penjelasan dari Punggawa Kerajaan, Ida Dalem Kelungkung bersama para Punggawanya menuju ke Desa Pakisan untuk bertemu dengan warga tersebut, Sang Raja lalu berharap agar warganya tersebut bersedia kembali ke Desa Padangwah untuk kembali membangun Desanya. Permintaan Raja tersebut ternyata ditolak karena masih trauma dengan kejadian yang telah menimpa mereka. Namun Si Bungsu mau menerima kembali ke Desa Padangwah dengan mengajukan permintaan yaitu mengajak beberapa orang yang akan diajak Si Bungsu untuk membangun Desanya. Akirnya Sang Raja mau menuruti permintaan Si Bungsu, Sang Raja lalu memberikan Si Bungsu sebanyak 4 Orang untuk diajak oleh Si Bungsu Ke Desa Padangwah.
Selama dalam perjalanan kembali ke Desa Padangwah, Si Bungsu dan 4 Orang lainnya bersama dengan Sang Raja berhenti di sebuah Pura untuk beristirahat, karena telah melakukan perjalanan jauh. Rombongan berhenti pada sebuah pura yang memiliki arca bermuka empat dan juga memiliki pemedalan (Pintu) sebanyak empat buah. Sang raja lalu mengaitakan permintaan Si Bungsu agar memberi empat orang untuk ikut membangun Desa Padangwah kembali, berdasarkan hal tersebut lalu Sang Raja memulai nunas pewisik terkait dengan Pembanguan kembali Desa Padangwah, dari hasil bertapa, Sang Raja kemudian mendapat wahyu untuk mengganti nama Desa Padangwah menjadi Desa Catur yang berarti empat. Mulai sejak itu Desa Padangwah berubah menjadi Desa Catur hingga saat ini.