Setelah Pasar Rakyat Desa Catur direvitalisasi, Pihak Desa berencana merintis berdirinya Pasar Agro Holtikulutura. Ide ini muncul karena melihat potensi hasil pertanian dan letak Desa Catur yang cukup strategis karena berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Singaraja.
Perbekel Desa Catur I Made Agus Antara, mengungkapkan, untuk revitalisasi pasar Desa Catur, pemerintah pusat melalui Kementerian perdagangan telah menggelotorkan dana tugas pembantuan (TP) sebesar Rp 6 Miliar tahun 2018. dan pembangunannya sudah kelar dan baru rapung tahun 2019.
Selama proses penyerahan asset dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah kemudian ke pihak Desa belum dilakukan pungutan retribusi kepada pedagang sehingga Pendapatan Asli Desa untuk tahun ini menurun. Karena belum dilakukan pungutan retribusi otomatis untuk gaji bagi pengelola Pasar Desa merasa kebinggungan. Harapan kami untuk masalah penyerahan asset bisa secepatnya dilakukan, kalau sampai lama menunggu tentu menjadi beban Desa, Pasar Rakyat Desa dibuka mulai pukul 04.00 Wita sampai pukul 09.00 Wita bertepatan dengan rahine kajeng, dan beoprasi dengan selang waktu 3 hari baru dibuka kembalai dengan jumlah pengelola Pasar berjumlah 12 orang.
Terkait belum tuntasnya masalah asset Pasar Desa, pihak Desa berencana membanguan Pasar Agro Holtikultura. Ide itu muncul karena melihat potensi Desa sekitarnya yang merupakan penghasil sayur dan buah–buahan. Selama ini hasil pertanian dijual ke daerah Baturiti, Tabanan.
Mengenai rencana ini sudah kami bicarakan dengan 9 perbekel sekitar Desa Catur dan ternyata para perbekel mendukung pembanguan pasar Agro Holtikultura, terang Perbekel Desa Catur.
Ke-9 perbekel yang dimaksud yakni perbekel Daup, Belantih, Belanga, Pengejaran, Binyan, Batu Kaang, Mengani, Selulung dan Catur. Dengan adanya pasar Agro Holtikultura diharapkan semua hasil pertanian bisa dijual di sana.
Rencana ini juga sudah kita ajukan kepada Bapak Bupati, sedangkan untuk lahannya tepat berada di areal depan pasar Desa Catur.